Sabtu, 13 Agustus 2016

Cinta Bukan Berarti Harus Berjodoh
Sore itu senja menyapa, deruan suara adzan maghrib melontar keras nan merdu. Siti seorang gadis belia duduk diberanda hendak terdiam kemudian tersenyum.
"Merdu, suara adzan ini," Gumamnya tersenyum kecil.
Gadis ini setiap menjelang adzan magrib duduk di beranda rumah untuk mendengar suara adzannya. Dia tak hanya tampan tapi sholeh jua. Membuat kagum banyak kaum hawa.
.
Suatu ketika di sebuah acara pengajian, dia tampil bersholawat. Gadis berjilbab coklat marun itu memandangnya pekat kekaguman dari jauh, dia tak pernah mengerti tentang perasaan Gadis berjilbab ini. Sepulang pengajian Siti tak sengaja berpapasan dengannya.
Gadis ini tersenyum kecil, tapi dia biasa saja seperti tak menghiraukan.
Saat itu ia sangat-sangat kecewa. Tapi tak mengurangi rasa kagum dibenaknya. Sosok dia kini membuat hatinya tak ingin berpaling.
Dia yang merasa banyak digemari kaum hawa seakan tak mau menyapa siapa saja yang tak dikehendakinya.
Dirinya sedikit angkuh, tapi entah mengapa Gadis ini tetap menyukainya.
.
Sampai suatu saat Siti merasa dipermalukan didepan teman-teman ngaos qur`an. Karena ia ketahuan menyimpan fotonya di dalam ponsel. Saat itu dia juga ada di sebuah pondok kecil tempat ngaos. Setelah kejadian itu sosok dia sudah semakin taacuh pada Siti. Sejak itu juga Gadis berjilbab ini semakin merasa sangat kecewa.
***
5 Tahun kemudian  Siti pertamakalinya pulang ke Indonesia, sehabis kuliah Desain di New York, Gadis ini kini menjadi seorang desainer terkenal. Ia sowan dalem pondok pesantren yang dulunya tempat dia ngaos.
Siti berniat mengajukan untuk mendirikan sebuah perpustakaan, pengajuannya diterima oleh pihak pengurus pondok. Di tempat itulah ia kembali bertemu dia, tapi kali ini berbeda, dia biasa saja menyapa dirinya, serta tersenyum padanya.
Sampai setelah akhir acara pengesahan perpustakaan, dia datang menemui gadis ini.
"Siti," pahggilnya sambil mendekati.
"Iya."
"Apa kamu sudah menikah?,"
"Belum, kenapa?,"
"Maukah kamu menjadi istriku."
Siti terbelalak, terdiam sejenak kemudian tersenyum. "Maafkan aku yang selama ini menyukaimu. Tapi bulan depan aku akan menikah dengan dirinya yang menerimaku apa adanya,"
Raut wajah dia sangat kecewa. Tapi apa daya, walaupun lama mencintai tapi belum tentu dia adalah jodoh. Siti sudah lama mengenal calon imamnya kini selama di New York. Dengan berat hati Siti menolak dia Yang sejak dulu jadi pujaan hati.

By: Mei. R. Idah